Kerjaya pendidikan Rohana_Kuddus

Penubuhan sekolah

Sekolah Kerajinan Amai Setia yang kini beralih fungsi menjadi museum.

Berbekal semangat dan pengetahuan yang dimilikinya setelah kembali ke kampung dan menikah pada usia 24 tahun dengan Abdul Kudus yang berprofesi sebagai notaris. Roehana mendirikan sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama Sekolah Kerajinan Amai Setia. Sekolah ini terletak di Nagari Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam dan bangunannya masih berdiri sampai sekarang.[2]

Sekolah Kerajinan Amai Setia berbagai keterampilan untuk perempuan, keterampilan mengelola keuangan, tulis-baca, budi pekerti, pendidikan agama dan Bahasa Belanda. Banyak sekali rintangan yang dihadapi Roehana dalam mewujudkan cita-citanya. Jatuh bangun memperjuangkan nasib kaum perempuan penuh dengan benturan sosial menghadapi pemuka adat dan kebiasaan masyarakat Koto Gadang, bahkan fitnahan yang tidak kunjung menderanya seiring dengan keinginannnya untuk memajukan kaum perempuan. Namun gejolak sosial yang dihadapinya justru membuatnya tegar dan semakin yakin dengan apa yang diperjuangkannya.[3]

Selain berkiprah di sekolahnya, Roehana juga menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda kerana beliau sering memesan peralatan dan kebutuhan jahit-menjahit untuk kepentingan sekolahnya. Disamping itu juga Roehana menjadi perantara untuk memasarkan hasil kerajinan muridnya ke Eropa yang memang memenuhi syarat ekspor. Ini menjadikan sekolah Roehana berbasis industri rumah tangga serta koperasi simpan pinjam dan jual beli yang anggotanya semua perempuan yang pertama di Minangkabau.

Banyak petinggi Belanda yang kagum atas kemampuan dan kiprah Roehana. Selain menghasilkan berbagai kerajinan, Roehana juga menulis puisi dan artikel serta fasih berbahasa Belanda. Tutur katanya setara dengan orang yang berpendidikan tinggi, wawasannya juga luas. Kiprah Roehana menjadi topik pembicaraan di Belanda. Berita perjuangannya ditulis di surat khabar terkemuka dan disebut sebagai perintis pendidikan perempuan pertama di Sumatra Barat.

Kisah sukses Roehana di sekolah kerajinan Amai Setia tidak bertahan lama pada tanggal 22 Oktober 1916 apabila seorang muridnya yang telah didiknya hingga pintar berpaling tadah menuduhnya penyelewengan penggunaan kewangan sehingga memaksanya turun jawatan Direktris dan Peningmeester. Roehana harus menghadapi beberapa kali persidangan yang diadakan di Bukittinggi didampingi suaminya, seorang yang mengerti hukum dan dukungan seluruh keluarga. Setelah beberapa kali persidangan tuduhan pada Roehana tidak terbukti, jabatan di sekolah Amai Setia kembali diserahkan padanya, tetapi dengan halus ditolaknya kerana dia berniat pindah ke Bukittinggi.

Di Bukittinggi, Roehana mendirikan sekolah dengan nama “Roehana School” sebaga pengelola sendiri tanpa minta bantuan siapa pun untuk menghindari permasalahan yang tidak diinginkan terulang kembali. Roehana School sangat terkenal muridnya banyak, tidak hanya dari Bukittinggi tetapi juga dari daerah lain. Hal ini disebabkan Roehana sudah cukup populer dengan hasil karyanya yang bermutu.